Kenalan dengan Wolbachia: Si Bakteri Pengendali DBD
Memasuki musim penghujan, nyamuk mulai bermunculan, terutama nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor utama penyakit DBD, demam kuning, demam zika dan chikungunya. Curah hujan yang tinggi menjadi lingkungan yang sangat mendukung nyamuk tersebut untuk berkembang biak. Ketika musim penghujan tiba, banyaknya genangan-genangan air disukai oleh nyamuk Aedes aegypti untuk menempatkan telurnya.
Kasus DBD di Indonesia tahun 2022 mencapai 131.265 kasus dengan kematian sebanyak 1.183 kasus (P2PM Kemenkes, 2023), sedangkan kasus DBD di Kabupaten Tegal tahun 2022 mencapai 650 kasus (BPS Kabupaten Tegal, 2023).
Upaya yang telah dilakukan oleh para kader kesehatan disertai dukungan masyarakat dengan 3M+ melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik. Upaya tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini, namun di tengah tantangan kesehatan global ini, para ilmuwan mencari solusi inovatif untuk mengendalikan populasi nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan bakteri Wolbachia sebagai alat untuk mengubah perangkat genetik nyamuk.
Wolbachia adalah bakteri alami yang ada di hingga 50% spesies serangga, termasuk beberapa nyamuk, namun bakteri Wolbachia tidak ditemukan pada tubuh nyamuk Aedes aegypti. Wolbachia hidup di dalam sel serangga dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui telur serangga. World Mosquito Program (WMP) sebagai organisasi yang mengembangkan teknologi Wolbachia, menyatakan bahwa ketika bakteri Wolbachia dikenalkan ke nyamuk Aedes aegypti, Wolbachia dapat membantu mengurangi penularan virus yang dibawanya dengan melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Metode yang digunakan, yaitu dengan mengenalkan Wolbachia ke nyamuk Aedes aegypti di laboratorium dan melepaskannya ke alam liar. Dengan mekanisme kawin silang, di mana nyamuk jantan ber-Wolbachia dapat memblok virus dengue pada nyamuk betina, dan sebaliknya, akan menghasilkan telur yang mengandung Wolbachia, sehingga penyebaran bakteri ini membawa implikasi positif dalam menekan penularan penyakit. Teknologi Wolbachia aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan karena menggunakan metode yang alami tanpa adanya modifikasi genetik serta bersifat mandiri dan tidak menekan populasi nyamuk.
WMP telah melakukan project di Indonesia sejak tahun 2012, tepatnya di Sleman dan Bantul Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Tahija dan Universitas Gadjah Mada. Uji coba yang dilakukan selama 3 tahun dari 2017 hingga 2020 menunjukkan hasil signifikan dengan penurunan kejadian demam berdarah sebesar 77% di wilayah ber-Wolbachia ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak diberi perlakuan serta penurunan pasien rawat inap DBD. Project WMP selanjutnya dilakukan di Denpasar dan Bulelung, Bali.
Kementerian Kesehatan juga telah menetapkan melalui Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue, yang dilaksanakan di 5 Kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Kupang.
Harapannya, dengan adanya penggunaan teknologi Wolbachia ini dapat menurunkan kasus DBD dibanyak wilayah di Indonesia, namun tidak serta merta kita berhenti melakukan gerakan 3M+.
Penulis: Heni Purnamasari
Referensi:
World Mosquito Program (WMP). 2023. Wolbachia Factsheets. https://www.worldmosquitoprogram.org/en/learn/fact-sheets
World Mosquito Program (WMP). 2023. Indonesia Factsheets. https://www.worldmosquitoprogram.org/wmp-indonesia.