Kupas Tuntas Panduan MPASI WHO Terbaru
Pada 16 Oktober 2023, WHO telah mengeluarkan Panduan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk Bayi Usia 6-23 Bulan menggantikan Prinsip-Prinsip Panduan untuk Pemberian Makanan Pendamping Anak yang Disusui dan Prinsip Panduan Pemberian Makan Anak-anak yang Tidak Diberi ASI Usia 6-24 bulan.
Dalam panduan tersebut, ada 7 rekomendasi yang harus diperhatikan para orang tua:
- Melanjutkan Proses Menyusui
Menyusui harus dilanjutkan hingga usia bayi 2 tahun bahkan lebih. Selama proses menyusui ini perlu lingkungan yang mendukung dan pelayanan yang mumpuni, seperti:
-
- Busui yang bekerja di luar rumah memerlukan tempat penitipan anak, ruang laktasi di tempat kerja dan jadwal kerja yang fleksibel.
- Semua busui membutuhkan akses terhadap layanan konseling menyusui.
- Bumil, ibu, keluarganya, dan petugas kesehatan perlu dilindungi dari pemasaran produk MPASI yang eksploitatif.
- Tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mendukung ibu menyusui.
- Rekomendasi Jenis Susu
- Bayi usia 6-11 bulan yang tidak diberi ASI, dapat diberikan susu formula atau susu hewani.
- Bayi usia 12-23 bulan yang tidak diberi ASI dapat diberikan susu binatang murni dan tidak dianjurkan pemberian susu formula.
- Susu hewani memiliki nilai kecukupan gizi yang baik. Jenis susu hewani yang dapat diberikan, seperti susu hewan pasteurisasi, susu evaporasi (tidak kental), susu fermentasi, atau yogurt.
- Tidak dianjurkan pemberian susu dengan rasa atau pemanis
- Apabila bayi usia 6-11 bulan diberi susu hewani, sebaiknya gunakan susu penuh lemak.
- Perhatikan prosedur penyimpanan susu yang aman
- Usia Pengenalan MPASI
Bayi dapat diperkenalkan MPASI pada usia 6 bulan (180 hari) sembari tetap diberikan ASI.
-
- Zat besi dalam ASI tersedia secara hayati, namun beberapa bayi berisiko mengalami defisiensi zat besi terutama jika bayi lahir prematur atau BBLR.
- Pengenalan makanan pendamping ASI sejak dini, meskipun telah diperkaya zat besi, tidak cukup untuk mencegah anemia defisiensi besi pada populasi bayi berisiko tinggi.
- Keanekaragaman MPASI
- Bayi berusia 6–23 bulan harus mengonsumsi makanan yang beragam.
- Makanan yang bersumber dari hewani, termasuk daging, ikan, atau telur, harus dikonsumsi setiap hari.
- Buah-buahan dan sayuran harus dikonsumsi setiap hari.
- Apabila konsumsi daging, ikan, atau telur dan sayuran terbatas, maka perbanyak konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian.
- Makanan yang bersumber dari hewani, buah-buahan dan sayur-sayuran, serta kacang-kacangan, dan biji-bijian harus menjadi komponen utama asupan energi karena secara keseluruhan kepadatan nutrisinya lebih tinggi dibandingkan dengan biji-bijian sereal.
- Anjuran untuk mengurangi konsumsi makanan pokok yang kaya zat pati, seperti nasi, mie, kentang, tepung-tepungan
- Makanan dan Minuman yang Tidak Sehat
- Hindari konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak trans.
- Hindari minuman mengandung pemanis.
- Pemanis non-gula tidak boleh dikonsumsi.
- Konsumsi jus buah 100% harus dibatasi.
- Suplemen Nutrisi dan Produk Makanan yang Difortifikasi
- Bayi usia 6–23 bulan dapat memperoleh manfaat dari suplemen nutrisi atau produk makanan yang difortifikasi.
- Bubuk multi mikronutrien (MNP) dapat memberikan tambahan sejumlah vitamin dan mineral tertentu tanpa menggantikan makanan lain dalam MPASI.
- Bagi bayi yang sudah mengonsumsi MPASI berbahan dasar biji-bijian sereal komersil dan tepung campuran, fortifikasi sereal ini dapat meningkatkan asupan mikronutrien, meskipun konsumsinya tidak dianjurkan.
- Suplemen nutrisi berbasis lipid dalam jumlah kecil (SQ-LNS) dapat digunakan pada bayi yang menghadapi kekurangan nutrisi yang signifikan.
- Pemberian Makan yang Responsif
- Anak-anak usia 6–23 bulan harus diberi makan secara responsif.
- Pemberian makan responsi adalah praktik pemberian makan yang mendorong anak untuk makan secara mandiri sebagai bentuk respons terhadap kebutuhan fisiologis dan perkembangannya yang dapat mendorong perilaku makan dan perkembangan kognitif, emosional serta sosial sang anak.
Panduan lengkapnya dapat kamu baca dan unduh di link berikut:
https://www.who.int/publications-detail-redirect/9789240081864′
Penulis: Heni Purnamasari