Pentingnya Skrining Bayi Baru Lahir untuk Turunkan AKB di Kabupaten Tegal
Tim Promosi Kesehatan RSUD dr. Soeselo mengadakan sosialisasi Cara Skrining Bayi Baru Lahir, di Ruang Tunggu Klinik Rawat Jalan Gedung Pelayanan Terpadu pada Rabu (7/8). Kegiatan yang diadakan secara rutin ini menghadirkan Dokter Komprehensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro sebagai pembicara. Acara berlangsung mulai pukul 08.00-09.00 WIB.
Skrining merupakan upaya pemeriksaan adanya kemungkinan penyakit atau kelainan pada perkembangan dan pertumbuhan bayi. Skrining bertujuan untuk menangani penyakit atau kelainan tersebut secara dini agar tidak terjadi komplikasi yang serius.
Pembicara, Fransisca menjelaskan bahwa pada tahun 2022, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 16,9 per 1.000 kelahiran hidup. Artinya setiap kelahiran 1.000 bayi, ada 16 hingga 17 bayi yang meninggal di usia 0-28 hari.
”Ada empat macam jenis skrining yang dapat dilakukan para bunda saat baru melahirkan bayinya, yaitu skrining pendengaran, hipertiroid kongenital, penglihatan, dan penyakit jantung bawaan. Skrining ini dapat dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat.” ujar Fransisca.
Menurut Fransisca, skrining pendengaran harus dilakukan karena gangguan pendengaran pada bayi sulit diketahui sejak awal. Metode untuk skrining pendengaran menggunakan Oto Accoustic Emission (OAE) dengan memasukan probe ke dalam lubang telinga bayi.
Pembicara lainnya, Mashanda mengatakan kekurangan hormon tiroid pada saat lahir dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan intelektual. Skrining Hipertiroid Kongenital (SHK) menjadi salah satu kebijakan pemerintah yang termasuk dalam perawatan esensial bayi baru lahir.
”SHK penting dilakukan karena tanda dan keluhan terkait hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir sulit ditemukan sehingga perlu pemeriksaan yang lebih akurat agar diagnosis tidak terlambat,” tambah Marshanda.
Marshanda menjelaskan bahwa data Kemenkes tahun 2022 menunjukkan, salah satu penyebab AKB yang paling banyak terjadi berupa Penyakit Jantung Bawaan (PJB) dengan angka prevalensi kira-kira 8 per 1000 kelahiran.
”Skrining PBJ penting dilakukan apabila terdapat kelainan bentuk jantung dan pembuluh darah besar yang terjadi selama perkembangan janin. Metode skrining PBJ dapat dilakukan dengan pemeriksaan menggunakan pulse oksimeter.” tutup Marshanda.
Penulis: Heni Purnamasari