Hidup Bahagia dengan Mental yang Sehat
Tahun ke tahun kesadaran akan kesehatan mental terus meningkat. Dengan banyaknya seminar kesehatan mental dan utas-utas di media sosial yang membahas mengenai kesehatan mental memperlihatkan bahwa masyarakat kita semakin melek tentang hal ini. Mulai banyak ditemui orang-orang yang mengalami gangguan mental datang konsultasi ke psikolog atau psikiater. Meski disituasi sekarang ini dengan mudahnya orang mendiagnosis kondisi mental hanya dengan membaca artikel di internet.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Terlebih dengan munculnya pandemi COVID-19 ini yang berdampak tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan mental baik yang terpapar langsung oleh virus maupun pada orang yang tidak terpapar. Perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian yang terus menghantui.
Membahas mengenai kesehatan mental, pada kesempatan Hari Kamis, 10 Juni 2022, pukul 08.00-09.00 WIB tim PKRS RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal mengadakan penyuluhan bertema kesehatan mental yang dibawakan langsung oleh Psikolog Klinis, Futihat Nikmatul Millah, S.Psi, M.Psi. Kegiatan yang dilaksanakan di depan Klinik Psikologi rupanya cukup menarik perhatian para pengunjung. Ditengah-tengah menyampaikan materi, ternyata masih banyak peserta penyuluhan yang juga merupakan pasien rawat jalan yang belum mengetahui konsep kesehatan mental ini.
Ketika ditanya Futi yang merupakannya panggilan sehari-harinya, ‘Apakah Anda yakin bahwa Anda sehat mental?’ Mereka ragu-ragu dalam menjawabnya, kurang yakin, bahkan ada yang menjawab tidak. Menanggapi antusiasme peserta yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai kesehatan mental ini, Futi menjelaskan lebih lanjut apa itu kesehatan mental.
“Kesehatan mental itu adalah keadaan ketika seseorang mampu menghadapi dan berdamai dengan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidupnya.” jelas Futi.
“Jadi, meskipun seseorang sudah dinyatakan sehat secara mental, bukan berarti tidak pernah sedih ataupun kecewa. Mereka tetap atau pernah mengalami sedih maupun emosi negatif lainnya, tapi mereka mampu mengelola emosi negatif dengan cerdas.” lanjut Futi.
Mental yang sehat akan menuntun kita menuju kebahagiaan, mudahnya adalah dengan menerima dengan jujur mengenai apa yang sedang kita rasakan. Menerima bahwa diri kita memang sedang sedih, sedang marah, atau sedang kecewa.
Ketika sedang sedih, marah, atau kecewa terhadap sesuatu, kita bisa menceritakan perasaan kita kepada orang yang dapat dipercaya. Berbagi cerita ini bertujuan agar kita lebih punya kesempatan untuk bertukar pikiran dan mendapat umpan balik secara langsung. Dengan berbagi cerita, dapat membantu kita tidak terlalu sibuk dengan pikiran kita sendiri.
Jika tidak memiliki orang yang dipercaya, kita bisa menceritakan permasalahan yang dihadapi ke psikolog. Psikolog membantu pasien menemukan potensi didalam dirinya, agar menjadi lebih baik dalam menghadapi permasalahan hidup.
Terakhir adalah yang paling penting, yaitu bersyukur. Berusahalah untuk selalu bersyukur dan bahagia dalam keadaan apapun. Itu menjadi salah satu upaya untuk menjaga kesehatan mental kita. Ketika kita merasa cukup, semua akan mudah untuk dilalui.
Penulis: Heni Purnamasari, SKM