Seringkali Diabaikan, Gangguan Pendengaran Patut Diwaspadai
Telinga merupakan organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Salah satu indera ini berfungsi untuk menangkap suara dan bunyi di sekitar kita. Bagaimana jika telinga kita mengalami gangguan? Tanpa sadar, kita sering mengabaikan gejala-gejala yang menyebabkan adanya gangguan pendengaran tersebut.
Pada Rabu, 15 Juni 2022 pukul 08.00-09.00 WIB di Ruang Tunggu THT tim PKRS menyelanggarakan penyuluhan kesehatan bertema tentang Gangguan Pendengaran yang dibawakan langsung oleh Dwi Asih Nurhayati, AMK selaku Perawat Klinik THT. Dalam paparannya, Dwi menyampaikan beberapa penyebab gangguan pada telinga yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) pendengaran kondusif, (2) pendengaran sensori neural, dan (3) pendengaran campuran.
-
- Pendengaran Kondusif
Terjadi ketika proses penghantaran bunyi atau suara terganggu akibat adanya gangguan pada telinga. - Pendengaran Sensori Neural
Terjadi ketika ada kerusakan telinga bagian dalam dan gangguan pada jalur saraf antar telinga bagian dalam dan otak. - Pendengaran Campuran
Terjadi ketika timbul gangguan pendengaran konduktif bersamaan dengaan gangguan neurosensori.
- Pendengaran Kondusif
Gangguan pendengaran dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti: faktor penuaan, genetik, paparan suara keras terus-menerus, infeksi selama kehamilan, dan penyakit tertentu (diabetes, hipertensi, jantung, stroke, tumor, cidera otak).
Hal-hal sepele yang sering kita abaikan dapat menjadi gejala adanya gangguan pendengaran, seperti suara atau perkataan orang terdengar pelan, selalu menyalakan televisi dengan volume keras, telinga berdenging atau tiniyus, kesulitan mendengar suara atau perkataan orang, kesulitan mendengar suara konsonan dan suara nada tinggi, dan sering meminta orang lain mengulang pembicaraannya.
Tidak hanya orang dewasa saja yang mengalami gangguan pendengaran, anak-anak dan bayi pun dapat mengalami kerusakan pada telinga. Apa saja gejala gangguan pendengaran pada anak-anak dan bayi?
- Tidak kaget saat mendengar suara nyaring
- Tidak menoleh ke arah sumber suara (bagi bayi yang berusia 4 bulan ke atas)
- Tidak bisa menyebutkan satu kata pun saat sudah berusia sekitar 15 bulan
- Tidak mendengar ketika dipanggil namanya dan baru menyadari kehadiran seseorang ketika melihat
- Lambat saat belajar bicara atau tidak jelas ketika berbicara
- Sering berbicara dengan lantang atau menyetel TV dengan volume keras
- Jawaban anak tidak sesuai dengan pertanyaan
- Anak meminta Anda untuk mengulang perkataan atau pertanyaan
Ketika sudah mengetahui gejala-gejala tersebut, kita mungkin saja bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat untuk pergi ke dokter? Apakah saya perlu pergi ke dokter? Lakukan pemeriksaan ke dokter jika gangguan pendengaran tersebut mengganggu kegiatan sehari-hari. Segera temui dokter bila mendadak tidak bisa mendengar apa pun. Lakukan kontrol ke dokter jika kamu merasa bahwa kemampuan pendengaran kamu menurun secara bertahap, terutama jika kamu pernah menderita infeksi telinga, diabetes, hipertensi, gangguan jantung, stroke, dan cedera otak, sebelumnya.
Beberapa tips ini bisa kamu terapkan untuk mencegah terjadinya kerusakan telinga:
- Melindungi telinga dari suara keras dengan menggunakan penutup telinga, seperti: headphone atau earphone, earplug atau penyumbat telinga berukuran kecil, dan earmuff atau penutup telinga yang berbentuk seperti headphone
- Mengikuti tes pendengaran
- Mendengarkan musik atau menonton TV dengan volume suara yang tidak terlalu keras
- Mengeringkan telinga setelah mandi atau berenang
- Menanyakan kepada dokter mengenai pengaruh obat yang digunakan terhadap pendengaran
- Mengikuti anjuran dan penanganan yang diberikan oleh dokter saat mengalami infeksi telinga atau menderita penyakit lain
- Mendapatkan vaksin dan mengimunisasi anak dengan vaksin, seperti vaksin meningitis
- Tidak merokok dan memasukkan jari, cotton bud, atau tisu ke dalam telinga
- Melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, sehingga kesehatan ibu hamil dan janin dapat terpantau
Penulis: Heni Purnamasari, SKM