RSUD dr. Soeselo - Jl. Dr. Sutomo No. 63, Slawi (0283) 491016

Pembersihan karang gigi disebut scaling, yaitu prosedur perawatan gigi untuk membersihkan plak dan karang gigi yang mengendap, mengeras, dan membandel di permukaan gigi. Plak adalah lapisan tipis dan lengket yang terbuat dari kumpulan bakteri, kotoran, dan sisa-sisa makanan. Plak bisa berwarna putih, kekuningan, kecoklatan, hingga keabu-abuan.

Jika karang gigi tidak dibersihkan dapat berdampak buruk pada kesehatan gigi dan mulut, seperti menyebabkan bau mulut dan kerusakan gigi dan gusi. Beberapa hal yang membuat karang gigi semakin parah adalah usia, merokok, konsumsi makanan manis, tidak menggosok gigi, dan jarang minum air putih.

Scaling secara rutin penting untuk mencegah penyakit seperti periodontal kronis (penyakit gusi). Biasanya, scaling gigi direkomendasikan setiap 6 bulan sekali, tetapi ini tergantung pada kebersihan gigi setiap individu. Namun, masih saja ada mitos-mitos tentang karang gigi yang masih dipercaya oleh masyarakat kita.

Untuk mematahkan mitos tersebut, Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) mengadakan sosialisasi kesehatan tentang Karang Gigi dan Cara Mengatasinya. Sosialisasi tersebut dilaksanakan pada Rabu, 21 September 2022 pukul 09.00-10.00 WIB di depan ruang tunggu Klinik Gigi. Pembicara dalam sosialisasi tersebut, yaitu Adlina Luthfiana Fathin yang merupakan perawat gigi RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
Sebenarnya apa saja mitosnya? Simak ulasan berikut!

  1. Mitos 1: Scaling Dapat Menyebabkan Gigi Goyang
    Faktanya, prosedur scaling justru dapat membuat cengkeraman gigi terhadap gusi dan tulang di sekitarnya menjadi lebih kuat. Karang gigi yang mengendap selama bertahun-tahun dan tidak pernah dibersihkan dapat menyemen gigi dengan keras. Mereka dapat mendorong gusi menjauh dari gigi menghalangi gigi berada pada tempatnya dan melemahkan cengkeraman gusi terhadap gigi.
    Ketika karang gigi dibersihkan, gigi kehilangan penyangganya sehingga jadi bergerak atau goyang. Akan tetapi, ini bukanlah akibat dari scaling, melainkan karena kerusakan yang terjadi sebelumnya.
  2. Mitos 2: Scaling Menyebabkan Gigi Sensitif
    Scaling adalah prosedur pembersihan gigi menggunakan alat bernama scaler yang menggunakan getaran mekanis dari ujung tumpul dengan irigasi terus-menerus. Ini membersihkan karang yang mengeras pada gigi, dan sama sekali tidak memengaruhi email gigi atau jaringan gusi.
    Sensitivitas gigi ringan hingga sedang mungkin dapat terjadi, tetapi ini hanya sementara. Ini biasanya akan hilang dalam 1-2 hari setelah scaling. Dilansir D. Dental, scaling bahkan dapat mencegah sensitivitas gigi dengan mencegah peradangan dan resesi pada gusi.
  3. Mitos 3: Scaling Menciptakan Celah Pad
    Pada dasarnya prosedur scaling gigi tidak menciptakan celah atau ruang di antara gigi, tetapi hanya mengangkat karang gigi. Celah atau ruang yang terlihat adalah karena celah itu sudah ada sebelumnya dan tertutup oleh karang gigi. Jadi, setelah gigi terbebas dari karang, celah ini akan kembali terlihat.
    Setelah karang gigi dibersihkan, akan terlihat seperti segitiga hitam yang terbuka di antara gigi akibat menyusutnya jaringan gusi. Namun, celah ini bersifat sementara dan menghilang setelah gigi kembali ke posisinya.
  4.  Mitos 4: Scaling Dapat Memutihkan Gigi
    Karang gigi yang mengendap pada gigi dapat berwarna kekuningan atau lebih gelap. Saat deposit karang gigi yang berwarna kekuningan atau kecokelatan dibersihkan, ini mungkin membuat gigi terlihat lebih cerah, tetapi tidak meningkatkan atau memutihkan warnanya. Hasil akhir gigi adalah sama dengan warna alami gigi sebelumnya. Scaling hanya mengangkat deposit pada gigi, bukan memutihkan gigi.
  5. Mitos 5: Tidak Ada Risiko dari Prosedur Scaling
    Meskipun minim, scaling gigi memiliki risiko infeksi bakteri setelah prosedur. Dilansir Verywell Health, salah satu kejadian berbahaya yang dapat terjadi akibat scaling disebut infeksi sendi periprostetik akibat bakteremia, yaitu adanya bakteri dalam darah. Ini terjadi sebagai akibat dari agitasi gusi selama proses scaling, yang menyebabkan bakteri berpindah dari mulut ke aliran darah.

Meski demikian, bukan berarti prosedur scaling gigi tidak diperlukan. Dokter biasanya akan memberikan antibiotik sebelum dan/atau sesudah perawatan, terutama bagi mereka yang menjalani penggantian sendi atau berisiko mengalami bakteremia.

Nana, sapaan akrabnya menambahkan bahwa untuk mencegah pembentukan karang gigi ini, perlu melakukan beberapa hal berikut ini:

  1. Rajin Sikat Gigi
  2. Pilih Pasta Gigi yang Tepat
  3. Pakai Benang Gigi
  4. Berkumur Pakai Obat Kumur
  5. Jaga Pola Makan
  6. Berhenti Merokok

Selain untuk kesehatan gigi, rutin membersihkan karang gigi juga akan meningkatkan kepercayaan diri. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, bersihkan karang gigi 6 bulan sekali!

Sumber tentang mitos: https://www.idntimes.com/health/medical/dwi-wahyu-intani/mitos-dan-fakta-scaling-c1c2
Penulis: Heni Purnamasari, SKM

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.

You may also like