RSUD dr. Soeselo - Jl. Dr. Sutomo No. 63, Slawi (0283) 491016

Stroke menjadi penyebab kematian No. 1 di Indonesia. Berdasarkan data WHO Tahun 2020, kematian akibat stroke mencapai 357.183 jiwa atau 21.12%. Rata-rata kematian 178.30 per 100,000 populasi, sehingga saat ini Indonesia menempati perikat #11 di dunia.

Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat terganggunya aliran darah ke otak secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kerusakan sistem saraf. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya stroke diantaranya:

  1. Usia
  • Insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia di atas umur 55 tahun, insidensinya meningkat 2 kali lipat
  1. Faktor Penyakit
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol, gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam keluarga
  1. Jenis Kelamin
  • Insidensi pada pria 19% lebih tinggi drpd wanita
  1. Faktor Gaya Hidup
  • Merokok, makanan tidak sehat, alkohol, kurang olahraga
  1. TIA (Transient Ischemic Attack)
  • 60% kasus stroke iskemi didahului dengan TIA, makin sering terjadi, makin besar resiko terjadinya stroke

Hipertensi menjadi kontributor tunggal utama penyebab stroke, tekanan darah tinggi akan merusak arteri di seluruh tubuh, menciptakan kondisi di mana arteri dapat pecah atau tersumbat dengan lebih mudah. Hipertensi ini dapat sekaligus menyebabkan ke-2 jenis stroke.

Stroke dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe penyumbatan dan tipe perdarahan atau disebut sebagai stroke iskemik dan stroke hemoragik. Apa perbedaan keduanya?

  1. Stroke Iskemik
  • Aliran darah ke otak terhenti krn adanya aterosklerosis atau trombus yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.
  • 83% pasien stroke mengalami stroke jenis ini
  1. Stroke Hemorragik
  • Pembuluh darah pecah sehingga aliran darah normal terhambat dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
  • 70% kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita hipertensi

Tata laksana diagnosa stroke memerlukan akurasi dengan menggunakan instrumen seperti: Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). CT atau MRI dapat menunjukkan adanya infark (> 2mm) atau perdarahan, hal ini berfungsi untuk membedakan jenis stroke.

            Hipertensi yang tidak disadari muncul menjadi bumerang bagi tubuh mengeluarkan serangan-serangan tertentu, salah satunya stroke ini. Perlu adanya ketahuan akan informasi tanda dan gejala stroke. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan informasi tentang stroke, yaitu dengan memberikan edukasi. Edukasi dapat berupa sosialisasi, seperti yang dilakukan oleh Tim PKRS bersama Perawat Klinik Syaraf RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal pada Kamis, 8 Desember 2022 pukul 08.00 WIB di ruang tunggu rawat jalan.

Ida Rokhana sebagai pembicara memberikan tips mudah mengingat tanda-tanda stroke yang harus ditangani segera. Ingatlah kata “WASPADA”.

  • W = Wajah perot
  • A = Anggota gerak lemah
  • S = RaSaraba terganggu separuh
  • P = Pelo atau bicara tidak jelas
  • A = Afasia atau bicara tidak jelas
  • D = Disorientasi atau bingung mendadak
  • A = Apabila ada salah satu gejala diatas

Tidak berhenti sampai itu saja, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari stroke, yaitu selalu kontrol teratur tekanan darah, berhenti merokok, kurangi konsumsI kolesterol dan kontrol kolesterol rutin, pertahankan kadar gula darah normal, tidak minum alkohol, olah raga secara teratur, dan cegah obesitas.

Penulis: Heni Purnamasari, SKM

Leave A Comment

Please enter your name. Please enter an valid email address. Please enter message.

You may also like